Senin, 26 Maret 2012

0

Pihak Ketiga dalam Konflik Indonesia Malaysia

  • Senin, 26 Maret 2012
  • Tanpa mengurangi rasa nasionalisme. Opini ini mencoba untuk mengajak para blogger untuk berpikir lebih jernih dan dalam serta mengesampingkan emosi diantara kedua pihak. Sekaligus menjadi perenungan kita bersama.

    Harus diakui bahwa hubungan kedua negara mengalami pasang surut dari waktu ke waktu. Dan saat ini hubungan Indonesia-Malaysia semakin memanas. Di berbagai forum,blog,media dan situs-situs lainnya dengan mudah kita dapati "perang" kata-kata caci maki di kedua pihak. Jujur saja, saya sendiri juga sempat terbawa emosi ketika mengujungi beberapa situs tersebut diantaranya. Namun setelah saya berpikir lebuh jauh, sepertinya ada yang aneh dalam berbagai kasus seputar hubungan Indonesia- Malaysia. Pertanyaan besarnya adalah APAKAH BENAR, MALAYSIA MELAKUKAN BERBAGAI KLAIM BUDAYA INDONESIA?

    Dan kasus inipun menjadi perhatian pemerintah secara serius. Pernyataan Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal pada Jumat (28/8/2009), sekitar memanasnya hubungan kedua negara mensinyalir adanya pihak ketiga yang ingin memanfaatkan situasi untuk mengadu dan memperkeruh suasana dalam hubungan Indonesia dan Malaysia melalui sebuah blog.

    Siasat yang "mereka" gunakan, adalah siasat usang namun masih ampuh dalam memancing emosi orang-orang yang kurang berwawasan, kurang berpendidikan atau berpendidikan terbatas. Diantara trik dan siasat yang digunakan adalah dengan dengan memanipulasi rasa nasionalisme. Mereka mengarahkan rakyat Malaysia untuk membenci Indonesia, begitu juga sebalik-nya. Mereka berupaya terus mencari-cari isu tertentu yang bisa dimanipulasi untuk mengadudomba kedua bangsa.

    Saatnya kita berpikir jernih dan mendalam dalam melihat permasalahan ini dan mengesampingkan emosi. Harus diakui bahwa siasat dengan menunggangi media cetak dan televisi untuk terus mengompori kedua bangsa saling membenci, merupakan trik yang pa-ling ampuh.

    Satu hal yang perlu dipertimbangkan : Dibalik setiap ketegangan antar bangsa/negara, kemungkinan besar ada para pihak yang memulai dan atau kemudian ikut menunggangi konflik yang terjadi, sehingga mereka sangat berkepentingan untuk melanggengkan konflik yang terjadi dengan mengupayakan segala bentuk adu domba. Kepentingan ideologis, politis, ekonomis adalah motif dari para bandit tak bermoral ini.

    Mari kita kaji bersama adanya indikasi pihak-pihak yang dapat memanfaatkan konflik kedua negara ini.

    1. Boleh jadi datang dari kalangan pebisnis/Korporasi. Golongan ini adalah mereka yang memiliki kepentingan bisnis baik di Indonesia ataupun di Malaysia yang akan diuntungkan dari konflik Indonesia-Malaysia. Krisis Ambalat misalnya, dipicu oleh kepentingan Shell yang berkepentingan untuk mendapatkan konsesi eksploitasi minyak di kawasan tersebut. Sementara Di Indonesia, ada kalangan yang merasa terancam dengan investasi dan bisnis asing di Indonesia, termasuk Malaysia.

    Golongan ini memiliki akses politik dan ekonomis yang luar biasa besar sehingga dapat mempengaruhi hukum, pemerintah, aparat, media, dan masih banyak lagi. Hukum utama sebuah korporasi adalah profit yang maksimal bagi pemegang saham, dan bila perlu mereka akan menghalalkan segala cara, kalau perlu mengorbankan rakyat di segala belahan dunia (ingat kasus manipulasi data finansial Enron, kasus-kasus lingkungan yang melibatkan perusahaan-perusahaan energi).

    2. Bagaimana peran kaum Neo-Imperialis dalam memanfaatkan situasi konflik Indonesia-Malaysia. Pastinya kaum neo-imperialis tidak menginginkan stabilitas politik di kawasan Asia Tenggara. Indonesia-Malaysia yang damai dan berhubungan baik merupakan mimpi buruk bagi mereka. Terlebih lagi, Indonesia dan Malaysia adalah negara mayoritas Muslim. Golongan ini mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan golongan Kristen radikal, golongan separatis, dan juga kalangan bisnis. Misalkan Indonesia-Malaysia perang habis-habisan, kemungkinan "mereka" mengambil kesempatan menguasai, johor, batam, bintan.Ingat bahwa fakta selat malaka adalah lokasi paling strategis di dunia untuk perdagangan. Selama perang pastilah UN turut campur, kesempatan ini digunakan "Barat" untuk deploy troops, diselat malaka.


    3. Lantas bagimana dengan politisi Musiman/Nasionalis Ekstrimis? Golongan ini tidak memiliki peran signifikan, lebih merupakan "penggembira" yang hanya akan mengais-ngais remah-remah kue sisa 4 golongan di atas. Mereka gemar mencari popularitas dengan menunggangi isu-isu politis dan selalu sigap memakai topeng dan baju "Nasionalis", walaupun tujuan mereka hanya sekedar kursi di pemerintahan (mulai dari Kepala Desa sampai Anggota DPR), penyebutan nama mereka di Koran, atau popularitas sesaat.

    Di sisi lain mereka terus melakukan korupsi, pungli, maling, narkoba, dan entah apa lagi. Ketegangan antara Indonesia-Malaysia adalah panggung sandiwara yang tepat bagi mereka untuk mencitrakan diri sebagai sosok nasionalis sejati dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan dangkal emosional yang berbahasa sensasional dan bombastis untuk menaikkan popularitas mereka. Tentu saja para badut munafik ini sangat berkepentingan dengan adanya konflik Indonesia-Malaysia.


    Kesimpulan : Setiap golongan akan mendapatkan bagian kuenya apabila sampai terjadi konflik frontal antara Indonesia-Malaysia, dan korbannya tentu saja adalah rakyat Indonesia dan Malaysia sendiri dan yang menang perang ini adalah pihak ketiga, bukan Malaysia atau Indonesia.

    Jadi mari kita coba berpikir ulang dalam menyikapi situasi yang memanas ini dan pastinya dengan mengesampingkan emosi yang ada. Jangan menjadi pihak yang akan semakin memperkeruh keadaan.Mari kita lihat bersama siapakah pihak ketiga tersebut agar kita jangan menjadi korban. Dan pastinya diperlukan Kerja Keras kita semua untuk mengetahui siapa yang ada di belakang ini.


    NOTE: artikel ini bisa diteruskan kepada para blogger semuanya untuk mencegah situasi yang semakin memanas antara Indonesia-Malaysia
    Read more...

    Subscribe